Minggu, 02 September 2012

Kisah Nabi bertemu Malaikat

Berikut adalah beberapa kisah mengenai Para Nabi yang pernah berjumpa dengan malaikat.

Kisah Nabi Idris Bertemu Malaikat Izrail

Setiap hari Malaikat Maut dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”

“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Malaikat Maut.

Setelah Malaikat Maut memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.

“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Malaikat Maut.

“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.

Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris langsung pingsan. Penjaga neraka adalah Malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu. Api neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.

Dengan tubuh lemas
Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Kemudian Malaikat Maut membawa Nabi Idris ke surga. “Assalamu’alaikum…” kata Malaikat Maut kepada Malaikat Ridwan, Malaikat penjaga pintu surga yang sangat tampan.

Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.

Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang.

Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.

Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.

Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”

“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Malaikat Maut. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.

Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.

“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.

“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Malaikat Maut.

“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.

Firman Allah:

“Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).

***
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.

“Inilah Idris,” jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang
Idris dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam ayat 56 dan 57.




Kisah Nabi Daud a.s bertemu Malaikat Izrail



 Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa di masa Nabi Daud as(Alaihi salam) hiduplah seorang pemuda yang sangat mencintai beliau. Setiap hari, dia datang ke tempat Nabi Daud as dan mempelajari kitab suci Zabur dari beliau.

Ya, pemuda ini sangat mencintai Nabi Daud as, sampai-sampai dia enggan melakukan pekerjaan lain. Suatu hari, malaikat pencabut nyawa datang menjumpai Nabi Daud as. Saat melihat pemuda itu, malaikat Izrail menatapnya dengan tajam. Nabi Daud as bertanya, " Sepertinya engkau memandangi pemuda itu dengan tajam. Ada apa gerangan?". Malaikat pencabut nyawa berkata, "Seminggu lagi aku akan datang untuk mencabut nyawa pemuda ini."
Nabi Daud as bertanya, " Apakah itu merupakan perkara yang pasti (terjadi)?"
Izrail menjawab, "Benar, umur pemuda ini tidak akan lebih dari sepekan."

Setelah menyampaikan hal itu, malaikat Izrail pun pergi. Nabi Daud as sangat mencintai pemuda itu danmerasa kasihan kepadanya. Suatu ketika, Nabi Daud as bertanya," Apakah engkau sudah menikah?" Pemuda itu menjawab, "Belum."

Nabi Daud as membayangkan pemuda itu akan meninggal seminggu lagi dan belum jua menikah. Nabi Daud as berfikir untuk menikahkan pemuda itu dengan seorang wanita baik-baik. Setidaknya pemuda itu merasakan kenikmatan dunia sebelum ajal menjemputnya.

Beliau pun meminang seorang putri bani Israil untuk pemuda itu. Orang tua gadis itu menyetujui permintaan Nabi Daud as untuk menikahkannya dengan pemuda itu. Acara pernikahan pun dipersiapkan.. Acara diadakan malam hari. Setiap hari, pemuda itu tetap datang kepada Nabi Daud as hingga hari ketujuh. Di hari itu, Nabi Daud as menantikan kedatangan ajal yang akan menjemput pemuda itu. Namun, setelah lama menunggu, kematiannya tidak kunjung tiba.

Di hari yang telah ditetapkan tersebut, pemuda itu menemui Nabi Daud as. Namun, beliau tidak mengucapkan sepatah katapun pada pemuda itu. Singkat cerita, setelah berlalu satu minggu, Nabi Daud as bertemu malaikat pencabut nyawa Izrail. Beliau bertanya, "Apa sebenarnya yang telah terjadi? Mengapa pemuda itu tidak meniggal dunia?"

Malaikat Izrail berkata, "Semestinya ajalnya sudah tiba. Namun, engkau, mertua dan istrinya melakukan sesuatu yang perbuatan yang memancing rahmat Allah SWT. Kalian mencintai pemuda itu, sehingga Allah melimpahkan cinta-Nya pula kepadanya. Lantaran apa yang kalian perbuat, maka Allah berfirman:

"Aku lebih utama(dalam) mencintai dan menyayangi pemuda ini daripada kalian. Karena itu, Aku memanjangkan umurnya."

Subhanallah, Maha Suci Allah yang maha Kuasa.



Kisah Nabi Luth bertemu Malaikat


Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah SWT. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertemu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishak, dan memberitahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sodom. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas kaum Sodom ditunda, kalau-kalau mereka kembali sadar mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertobat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anak saudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan ke atas kaum Sodom permintaan mana oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.
Para malaikat itu sampai di Sodom dengan menyamar sebagai lelaki muda yang berparas tampan dan badan yang berotot, tegap dan sasa tubuhnya. Dalam perjalanan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Lelaki muda (malaikat) bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima di rumah sebagai tamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki muda itu oleh lalu pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya (Luth).
Mendengar kabar berita anak perempuannya, Nabi Luth menjadi bingung, jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu yang berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu dari kaumnya yang tergila-gila untuk melakukan hubungan seks sejenis dengan anak muda yang mempunyai tubuh bagus dan paras wajah elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.
Nabi Luth memutuskan untuk menerima lelaki-lelaki muda itu sebagai tetamu di rumahnya. Luth hanya pasrah kepada Allah dan berlindung sekiranya terdapat segala rintangan yang akan datang. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama ke rumah. Ketika itu, kota Sodom sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth telah pun berpesan kepada isteri dan kedua puterinya agar merahasiakan kedatangan anak-anak lelaki muda itu. Jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Namun, kedegilan isteri Nabi Luth, yang juga sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sodom, telah membocorkan berita kedatangan tetamu Luth kepada mereka. Berita kedatangan tamu Luth tersebar karena isteri Nabi Luth. Datanglah beramai-ramai lelak-lelaki Sodom, yang buta seks ini, ke rumah Nabi Luth, berhajat untuk memuaskan nafsu seksual mereka, setelah lama tidak mendapat anak muda. Berteriaklah mereka memanggil Luth untuk lepas anak-anak muda itu, agar diberi kepada mereka untuk memuaskan nafsu.
Dengar teriakan mereka, Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan menggunggu tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan. Mereka diberi nasihat agar meninggalkan perbuatan kebiasaan mereka yang keji itu. Perbuatan mereka yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kodrat alam di mana Allah telah menciptakan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai mahluk yang termulia di atas bumi. Nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab dan seksaan Allah.
Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan dipedulikan, mereka bahkan mendesak akan menolak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan jika pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang lelaki kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya: "Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu di rumahku sendiri. Mendengar keluh-resah Nabi Luth, lantas anak-anak muda itu memberitahu hal yang sebenar, mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang diutus oleh Allah untuk menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya karena segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.
Malaikat-malaikat itu menyuruh Nabi Luth membuka pintu rumahnya seluas mungkin agar dapat memberi kesempatan bagi orang-orang yang hauskan seks dengan lelaki itu masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu memijakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu. Malaikat-malaikat tadi telah membutakan mata mereka. Lalu, diusap-usap dan digosok-gosok mata mereka, ternyata mereka sudah menjadi buta.
Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau balau berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak bertanya-tanya gerangan apa yang menjadikan mereka buta dengan mendadak berseru kepada Nabi Luth agar segera meninggalkan perkampungan itu bersama keluarganya, karena masanya telah tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.
Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan mahupun ke kiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya. Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tergamak meninggalkan kaumnya. Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sodom, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sodom, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sodom berserta semua penghuninya. Bertebaran mayat-mayat yang dilaknat oleh Allah SWT di kota Sodom, dan hancurlah kota tersebut yang berada di laluan manusia yang lalu-lalang. Namun, masih ditinggalkan kesan-kesan kehancuran kota tersebut oleh Allah SWT, sebagai peringatan kaum yang kemudian yang melalui di jalan tersebut. Demikianlah kebesaran dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.

Kisah Rasulullah bertemu dengan malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya seribu jari-jemari (Tentang Keutamaan Shalawat)




Rasulullah saw bersabda:

“Ketika aku diperjalankan di malam hari untuk mi’raj ke langit, aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya seribu jari-jemari. Ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya, aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung?

Jibril menjawab: ia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.

Aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia? Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di perkebunan, di daratan yang bergaram, dan di pekuburan.

Rasulullah saw bersabda: Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan. Ia berkata: Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku.
Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu? Ia menjawab: Aku tidak sanggup menghitung pahala shalawat yang disampaikan oleh sekelompok ummatmu ketika namamu disebut di suatu majlis.” (Al-Mustadrah, Syeikh An-Nuri, 5: 355, hadis ke 72)


Kisah Nabi Ilyas bertemu dengan Malikat Izrail

Ketika sedang berehat datanglah malaikat kepada Nabi Ilyas a.s. Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Ilyas menjadi sedih dan menangis. "Mengapa engkau bersedih?" tanya malaikat maut. "Tidak tahulah." Jawab Ilyas. "Apakah engkau bersedih kerana akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut?" tanya malaikat. "Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali kerana aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah." jawab Ilyas.

Saat itu Allah s.w.t. lantas menurunkan wahyu kepada malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas ingin terus hdup semata-mata kerana ingin berzikir kepada Allah s.w.t. Maka berzikirlah Nabi Ilyas sepanjang hidupnya.
"Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti." Kata Allah s.w.t.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar